Senin, 01 Juli 2013

tentang kita

ku torehkan tinta
ku ukir sebuah nama
tak kan pernah ku lupa
apalagi ku sia-sia

ku tuliskan cerita
disinilah tempat kita
mengadu berbagi suka
terangkai juga berbagai duka

tak pernah ku mencoba
membuang apa yang kita bina
kenangan yang telah terlaksana
hanya ada kita berdua

munginkah sebuah canda
kembali lagi mempertemukan kita
atau hanya sekedar tawa
yang bersajak dalam fatamorgana

do'aku

di  peraduan malam yang penuh mimpi
ku bersujud, bersimpuh pada sang Ilahi
memohon dan mendekatkan diri
semoga Allah memberi kesejukan dihati

derai air mata, meleleh membasahi pipi
hati kecil melayang, ingat khilaf dipagi hari
melut membungkap, menahan coba yang bertubi-tubi
sekujur tubuh bergetar, menyisakan nafas yang kan pergi

ya Allah, tetapkan iman hamba dalam hati
jauhkan marabahaya yang menjamah diri
semoga hamba termasuk orang yang Kau lindungi
bersama orang-orang yang Engkau kasihi

inikah rasanya?

aku tak tau, kenapa bahagiaku setiap di dekatmu
aku tak tau, kenapa rasa ini semakin menderu-deru
aku tak tau,kenapa rasa itu jauh menusuk relung kalbu
bahkan aku tak tau, kenapa hatiku harus meraung-raung cemburu.

aku tak ingin terlalu dalam
merasakan sakit karena memendam
aku tak ingin kecewa
melihat fakta, kau memilikinya

Tuhan ...
berikanlah aku jalan
jalan menuju kebahagiaan
tanpa dirinya, sepenggal kenangan

Sabtu, 29 Juni 2013

cinta vs nafsu

aku mencintaimu 
kala ku berdiri d ufuk senja 
aku pun merindu 
kala datang musim salju 

cinta ... 
inikah rasanya? 
membuat seseorang bergelayut bahagia 
juga membuat hidupnya merana 

rindu ... 
kala datang menusuk kalbu 
bergelora jika bertemu 
hilang rasa, bila hati sendu 

namun , 
kenapa semuanya menjadi benci? 
ketika kekasih tak d sandang lagi 
dan cinta tlah tak bersemi dihati 

ya Allah ... 
kenapa manusia merasakan cinta? 
padahal ia tak tau tabiat sesungguhnya 
semua hanya menjadi korban hawa nafsu belaka 
yang tak pernah berfikir bagaimana ujungnya

Kamis, 27 Juni 2013

oh, Ibu ..

ku ingin merawatmu
seperti engkau merawatku
ku ingin mencintaimu
seperti engkau mencintaiku
ku ingin menyayangimu
seperti engkau menyayangiku
ku ingin menjagamu
seperti engkau menjagaku
meski kadang, ku tak mampu
sekuat raga, ku korbankan untukmu

ibu ....
meski tak jarang ku durhaka padamu
namun tulus kasihku hanya untukmu
walau kata maaf tak terucap dariku
kan ku rengkuh slalu atas ikhlasmu

ibu ....
ingin ku tertidur pulas di pangkumu
sejenak lelap di bahumu
sedikit rasakan kecupan hangatmu
sebelum ajal ini menjemputku

Kaki Dara

Butiran debu menari-nari dengan gontai. Pucuk cemara meraung-raung inginkan kedamaian. sunyi. hanya terdengar suara srigala yang sedari tadi terus mengaung dari kejauhan. Hal itu, membuat Dara semakin memojok di ruang kamarnya.

Ya, namanya Dara, lebih tepatnya Dara anggraini. Dia merupakan gadis kecil yang di tinggal pergi orang tuanya. Sekarang ia hidup dengan neneknya; mbok Isah. Mbok Isah yang berprofesi sebagai pencari kayu bakar selalu pulang malam. Sehingga Dara harus menunggui neneknya sampai larut ketika ia di landa ketakutan.

Dengan terseok-seok, Mbok Isah pulang. Dara, si kecil, menyambutnya dengan hangat.

"Mbok, gimana hasil kayunya? Banyak, Mbok?"

"Alhamdulillah, Nduk, cukup untuk makan kita besok. Sekarang kamu tidur ya. Kan udah malam. Besok, Dara harus sekolah."

"Iya, Mbok."

Hari-hari Dara slalu di iringi keceriaan. Meski beban menggunung dibahunya. Ia tak pernah mengeluh. Senyum simpul bahkan tak pernah lepas menghiasi bibirnya. sampai akhirnya Mbok Isah jatuh sakit dan di panggil Sang Pencipta.

Sejak saat itu, Dara tak tau harus ikut dengan siapa. Mbok Isah adalah satu-satunya keluarga yang dimiliki. Kaki mungilnya terus berjalan tanpa arah. Ia sampai pada tempat yang ia sendiri tak tau kota tersebut.

Bau tembakau sangat menyengat di kota itu. Tapi perlahan, kesejukan mulai dirasa. Lantunan ayat suci Al-Qur'an pu membuat ia lebih tenang. Ia bertanya pada orang sekitar, kota apa yang ia gunakan untuk berdiri sekarang ini. Kudus. Ya, dari orang-orang yang ia tanya, jawabnya ini Kota Kudus. Kota yang terkenal dengan sebutan Kota Kretek. Pantas saja bau tembakau tersengat di beberapa titik.

Dara mencari-cari tempat untuknya berteduh, nanti. Ia memasuki kawasan jalan tikus; jalan yang tak pernah ketemu arah pasti. Bingung, itu yang dirasakannya. Beruntungnya ia bertemu dengan seorang gadis yang sebaya dengannya. Lalu ia memberanikan diri untuk bertanya tentang tempat yang dapat di gunakannya istirahat. Gadis itu tersenyum, lalu mempersilahkan Dara beristirahat di rumah orang tuanyaa

Gadis tadi bernama Nasti. Umurnya sekitar 12 tahun, dan masih duduk dibangku Madrasah Tsanawiyah. Dia putri dari pemilik pondok Darun Najah. Pondok yang di tempati Dara.

Semakin hari kehidupan Dara semakin membaik. Semuanya berkat ketekunnya juga bantuan dari Nasti dan keluarganya. Dara mendapat prestasi yang sangat baik di madrasah. Ia selalu mendapat peringkat 1 paralel, tak jarang juga ia mendapatkan juara dalam setiap perlombaan yang diikuti.

Hari begitu cepat berlalu, sekarang Dara udah duduk di bangku kelas 3 Madrasah Aliyah. sebentar lagi ia akan melanjutkan ke jenjang yang lebih dewasa dari sekarang. Namun, kesehatan Dara semakin memburuk. Bahkan ia takut apa yang pernah di alami Mbik Isah akan di alaminya pula. Benar. Penyakit leukimia yang di derita Mbok Isah, kini juga diderita oehnya.

Perlahan namun pasti. Penyakit itu menggerogoti tubuhnya. tingkat Aliyah telah dilewatinya, dan Muwadaa'ah baru saja usai di ikutinya. Tiba-tiba Dara jatuh dan di lerikan kerumah sakit.

* * *

Dara koma berkepanjangan. Hampir 3hari ia tak sadarkan diri. Hari berikutnya ia membaik, ia sudah bisa kembali tersenyum, tapi senyumnya masih menapakkan kepahitan. 2 minggu berlalu, keadaannya semakin parah. bahkan ia sudah tak sanggup lagi memopang dirinya sendiri. seutas harapnya tinggallah Nasti dan keluarganya. Memang, selama Dara sakit yang merawat adalah keluarga Nasti. Dan Dara berharap, keluarga Nasti tak lelah tuk merawatnya

Dara menulis sepucuk surat untuk Nasti dan Keluarganya. Nasti, Abah, Umi, terimakasih sudah mau merawat Dara. Dara terlalu merepotkan kali, semoga kalian tidak menyesal untuk itu. Mungkin, cukup sampai sisni, Dara merepotkan kalian. Dara tak ingin lagi membebani banyak orang. Sekali lagi, terimakasih untuk kalian. Selepas surat itu ditulis, Dara pergi tidur. Dan ternyata tidur Dara untuk melepas lelahnya di dunia, selamanya.

Jumat, 21 Juni 2013

Layakkah?

aku memang bukan rembulan yang menawan
aku memang bukan bintang yang bersinar terang
aku juga bukan merpati yang lincah menari
lalu, layakkahku mengenalmu?

yang ku punya hanya cinta
yang ku punya hanya rasa
yang ku punya hanya dilema
layakkah ku, tuk dapat balasnya?

ah, terlalu jauh, kau untuk ku kejar
terlalu tinggi kau untuk ku gapai
terlalu dalam kau untuk ku ambil
jadi, layakkah aku?

mungkin semua hanya kau yang tau